Apr 13, 2010

Waspadai Kanker pada Anak

Kanker pada anak bukan lagi penyakit yang mengerikan. Bahkan, penyakit kanker darah yang banyak diderita anak-anak dan dulu bisa dikatakan vonis mati itu kini dapat diobati sehingga penderita bisa sembuh. Semakin dini kanker ditemukan, peluang anak untuk sembuh kian besar.

Harapan untuk sembuh dan tetap bertahan hidup itu pula yang menjadi semangat anak-anak penderita kanker dalam menjalani masa pengobatan yang menelan waktu berbulan-bulan, bahkan beberapa tahun. Dukungan orangtua dan orang-orang di sekitarnya sangat berarti bagi mereka.

Alfred (6), misalnya, telah menjalani pengobatan sejak divonis terkena leukemia pada September tahun lalu. Namun, pengobatan itu sempat terhenti ketika ia menderita luka di sekujur tubuh pasca-diterapi. "Saya tidak tega melihat anak saya kesakitan waktu dikemoterapi," kata Ny Jumaini Sinaga, ibu Alfred.

Menurut Ny Jumaini, kecurigaannya bahwa ada yang tidak beres dengan tubuh Alfred mulai muncul ketika melihat tubuh anaknya kurus, sering demam, batuk, dan berwajah pucat. Ketika diperiksa tim medis, akhirnya diketahui bahwa anaknya menderita leukemia. "Begitu tahu anak saya positif terkena leukemia, saya langsung nangis. Tapi katanya masih ada harapan untuk sembuh," tuturnya.

Sementara Alda (7), bocah manis asal Karawang, baru dua bulan lalu dinyatakan menderita kanker otak. Tanpa ada gejala klinis yang menonjol, tiba-tiba ia mengalami kelumpuhan pada bagian kanan tubuhnya dan lambat laun kian menurun kesadarannya hingga sulit berbicara. "Padahal, sebelumnya anak saya ini lincah," kata Ny Uun Susilawati, ibu Alda.

Perjuangan tanpa kenal lelah melawan kanker darah juga dilakukan Aryo, yang terkena penyakit itu saat baru menginjak usia enam tahun. Berkat dukungan orangtua dan kerabatnya, Aryo dapat melalui masa-masa pengobatan yang "menyeramkan" itu. Kini ia telah menginjak usia 22 tahun dan tengah menempuh studi di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta.

Padahal, saat pertama kali ditemukan ada kanker darah dalam tubuhnya, ia divonis tidak berumur panjang. "Sulit menggambarkan bagaimana perasaan saya waktu itu saat mendengar anak saya dinyatakan terkena leukemia dan diramalkan tidak berumur panjang. Tapi, saya tidak mau menyerah," kata Kartika, ibu dari Aryo.

Semula, Aryo bertubuh subur. Namun, ketika menginjak usia enam tahun, berat badannya merosot secara drastis hingga 8 kilogram dalam waktu dua pekan lantaran tidak memiliki nafsu makan. Sekujur badannya kebiru-biruan seperti luka memar disertai demam, muncul bintik-bintik merah, kerap mimisan, dan luka berdarah pada bibir.

Untuk memastikan jenis penyakitnya, Aryo dirujuk ke Bagian Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Di rumah sakit itu, sumsum tulang belakangnya diambil. Ternyata trombositnya rendah, sedangkan sel darah putihberlebihan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan, ia positif terjangkit leukemia dan harus menjalani pengobatan selama dua tahun.

Pada tiga bulan pertama, Aryo dikemoterapi dan diberi obat antikanker (stitostika) di RSCM. Setiap kali mendapat pengobatan, ia muntah, nyeri pada sendi, dan rambut rontok. Sel kanker pun menjalar hingga ke bagian otak. Harapan untuk sembuh kian tipis hingga tim medis angkat tangan lantaran keterbatasan fasilitas pengobatan waktu itu.

Kendati demikian, orangtua Aryo tak mau menyerah. Berdasarkan informasi sesama orangtua dari anak yang menderita kanker, Aryo dibawa berobat ke Belanda. Di Negeri Kincir Angin itu ia kembali menjalani kemoterapi dan diberi obat antikanker dosis tinggi untuk mempersingkat lama pengobatan. Berkat pengobatan yang intensif itu, ia akhirnya dapat sembuh.


=> ini pernah di muat di Harian Kompas, narasumbernya juga dr. Eddy

Related Posts:

0 comments: