Mar 28, 2010

SEBUAH TANYA


Aku tak tahu mengapa, aku merasa agak melankoli malam ini.
Aku melihat lampu-lampu kerucut dan arus lalu lintas Jakarta dengan warna-warna baru.
Seolah-olah semuanya diterjemahkan dalam suatu kombinasi wajah kemanusiaan.
Semuanya terasa mesra, tapi kosong....

Seolah-olah aku merasa diriku yang lepas.
Dan bayangan-bayangan yang ada menjadi puitis sekali di jalan-jalan.
Perasaan sayang yang amat kuat menguasaiku.
Aku ingin memberikan suatu rasa cinta kepada manusia....

Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa.
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui.
Apakah kau masih selembut dahulu?
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap.
Sambil membenarkan letak leher kemejaku.

Kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah Mandalawangi.
Kau dan aku tegak berdiri.
Melihat hutan-hutan yang menjadi suram.
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin.

Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu?
Ketika ku dekap kau dekaplah lebih mesra.
Lebih dekat. ....

Apakah kau masih akan berkata, “kudengar detak jantungmu”.
Kita begitu berbeda dalam semua,
kecuali dalam cinta.....

Hari pun menjadi malam.
Kulihat semuanya menjadi buram.
Wajah-wajah yang tak kita kenal berbicara dengan bahasa yang tidak kita mengerti.
Seperti kabut pagi itu...


-SOE HOK GIE
Selasa, 1 April 1969

Related Posts:

0 comments: